Just Me

Jumat, 23 November 2012

Masihkah harus ku mencintaimu....????




Berkata tak harus mulut
Teriakan tidak selalu harus menggema
Tangis juga tidak harus selalu terlihat
Luka tak selamanya bisa terobati

Nasi kini jadi bubur
Kertas putih kini telah ternoda
Cinta yang dulu suci
Kini kau dustai

Saat kau dustakan cinta
Menodai sebuah kesucian
Kau lupa akan sesuatu
Tentang hati yang kau sakiti
Masihkah harus ku mencintaimu…?

Kamis, 22 November 2012

Tentang Kau dan Cinta



Kau bagaikan udara buatku
Bagaikan jiwa dalam ragaku
Kau alas an yang membuatku ada
Membuatku lebih dari sekedar insane

Hangat cintamu luluhkan aku
Kau hapus luka nestapa hati yang merana
Cahaya kasihmu menuntunku
Pada sebuah keindahan dunia

Dan kini aku mangerti
Akan sebuah kebahagiaan
Kau dan cintamu yang selembut salju
Dengan hati yang setegar karang

Jumat, 16 November 2012

BiodataKoe

Nama :
     =>Sri Restu Mangkubumi Anis
Nama Panggilan :
     => Restu
Tempat Tanggal Lahir :
     => Sidrap, 26 Februari 1996
Agama :
     => Islam
Zodiak :
     => Pisces Girl 96
Cita-cita :
     => Dokter
Hobby :
     => tidur, nulis, dengar musik
Warna Favorite
     => Biru, Pink sama Ungu

Minggu, 04 November 2012

Untukmu seseorang yang tak pernah ku temui...

Aku bukanlah orang yang mudah memahami sesuatu, ku juga bukanlah insan yang mampu mengubah segalanya menjadi apa yang kumau...

Aku hanya insan yang dengan segala kekuarangan dan kelemahan yang ada pada diriku, aku membutuhkanmu sebagai pelengkap dalam hidupku....

Meskipun ku sangaaattt menginginkanmu dan menyangmu serta mencintaimu akan tetapi rasa itu tak mungkin kupaksakan padamu wahai sang pujaan....

Walau seluruh dunia akan menertawakan diriku yang terlalu mencintaimu, aku rela dan kan kujalani setulus hati karena ku terlalu mencintaimu....

Aku tahu, meskipun pada akhirnya nanti aku akan kecewa karena hatimu mustahil untuk kumiliki dan jika kau benar tidak tercipta untuk menjadi pendampingmu. Ataukah kita tidak pernah dipertemukan dalam kehidupan yang nyata. Ketahuilah bahwa akan ada hati yang kan selalu menjagamu untuk selamanya...

Selama manusia masih hidup dalam kehiduoan yang fana ini...

Begitulah aku mencintaimu....


Aku bukanlah pujangga yang pandai merangkai kata untuk menyenangkan hatimu ...
Aku bukanlah insan yang sempurna untuk kau cintai dan kaupun mengetahuinya....
Memenangkan hatimu dengan segala kesederhanaan dan kekurangan yang ada padaku adalah kebahagiaan dan anugrah Tuhan buatku...
Tapi.....
Jika suatu saat nanti aku harus menerima kenyataan bahwa hatimu tak lagi untukku dan aku sadar kehilanganmu karena kesalahanku yang tak pernah sempurna untuk mencintaimu

Jumat, 02 November 2012

Bintang Terakhir





Hari itu saat kau dan aku tertawa ria dan bercanda bersama, berbagi rasa seakan tak ingin terpisahkan layaknya bunga dan kembangnya. Ingin rasanya kutemukan sosok sang waktu agar hariku tak berlalu, agar hari bahagiaku ini tak berlalu dengan kenangan. Bersamanya lelah dan kletih bukanlah sebuah halangan untuknya menebar kebahagiaan untukku. Beban hidupku yang semula menghapuskan semangatku untuk hidup tanum kau dating bagaikan cahaya yang menerangi hatiku yang teah lama merintih dalam kegelapannya sendiri, kau bukan hanya sebagai lentera tapi kaulah bintang yang menghiasai hariku.

Ingin rasanya kutemukan sosok sang waktu agar hariku tak berlalu, tapi ternyata kepedihan menjemputku sebelum sempat kutemukan sang waktu yang kucari-cari. Senja di sore kala itu seakan menyimpan perih karena hatiku harus menyaksikan dirimu terenggut tanpa sanggup kupertahankan. Ku ingin sekali menangis tapi justru ku mendusta pada dunia kalau aku baik-baik saja. Kini saat malam tiba dinding langit yang  terang menyimpan kelam. Dalam senyum sang rembulan merintih tampa bintang yang menjadikannya berseri, hari itu juga taman tak lagi indah karena mawar tak lagi semerbak tapi menyisahkan duri. Hatiku mulai bertanya apakah arti dari sebuah kisah yang telah lama kujalani ini. Jika memang awal kan bertemu akhir akankah perpisahan secepat ini. Lalu apa artiku dalam hidupmu…

Seakan ku kehilangan aza karena ku kehilangan sebagian dalam diriku. Kehilangan yang paling berharga yang pernah kumiliki. Hal yang paling aku jaga dan paling aku sayangi kini bukanlah milikku lagi. “Hmmmm…..” kuhelakan nafas panjang lalu kucoba tuk tenangkan peasaan ini. Hati yang telah tersakiti oleh apa yang paling ia sayangi. Milikku yang hilang bukanlah kehormatanku sebagai perempuan akan tetapi aku telah kehilang seorang sahabat yang paling aku sayangi, seorang teman yang selalu bias mengerti aku, dia layaknya seorang kakak yang senantiasa menjagaku. Tapi itu dulu dan sekarang dia sudah seperti orang asing yang tidak aku kenal dalam hitungan menit. Wow…. Inikah sahabatku yang sebenarnya….?

Aku sendiri tidak megerti tentang apa yang sedang terjadi. Aku masih tidak percaya bahwa orang yang paling aku percaya kini telah menyia- yiakan kepercayaan yang kubangun bersamanya selama bertahun-tahun. Memang aku tahu dan aku sadar hati manusia tidaklah bias ditebak yang tahu yaa hanya dirinya sendiri tapi… aku telah terbiasa dengan sosoknya sebagai penyemangat hariku.

Semua pasti kan indah pada waktunya…
Semoga saja itu  benar, setelah hari itu kucoba menajalani hari tanpamu, berusaha memaknai setiap kenangan yang tercipta diantara kita dalam bingkai persahabatan dan inilah akhir dari kisah kita. Sebuah persahabatan yang sangat erat, suatu ikatan yang seasa melebihi peratalian darah namun entah apa dan bagaimana persahabatan itu harus berakhir dan tinggal hanya untuk dikenang saja.

“Heii…. Ngelamunin apa kamu…” Andre menepuk pundakku dari belakang
“Gak, kok Ndre.. aku hanya lagi BT, itu aja kok” jawabku singkat
“Intan… Intan… orang lain mungkin bisa saja kau bohongi. Tapi aku ANDRE, gak mungkin kamu bohong pasti ada sesuatu” tanyanya penasaran
Andre adalah seorang sahabat yang sangat mengerti aku, kta teman-teman aku orang yang paling bisa melenymbunyikan peasaan sedih sebagaimanapun kacaunya seperih apapun itu aku bisa menyembunyikannya hingga tak satupun mengetahuinya kecualai Andre
“Bonekaku rusak…” jawabku mencoba membohonginya tentang yang sebenarnya
“Alah…. Ada- ada saja kamu. Udah ketahuan bohong masih nyari alibi lain lagi. Sudahlah…” tanyanya penarasan
“Sudahlah Ndre” kataku
“Ini anak ditanya sudah bilangnya sudah gimana sich.. itu otak dikemanain” berusaha menggodaku
Kulihat dia asyik memainkan topi pemberianku, disampingnya tertulis ANDRE dan sebuah bintang. Kuperhatikan dia sangat menikmatinya, kesibukannya itu rasanya aku tak ingin merusak suasana hatinya.
“Iyyy Ndre, aku memang menyembunyikan sesuatu darimu. Aku takut jika suatu hari nanti kamu tak lagi disampingku. Bagaimana kau menjalani hariku tanpamu. Apa yang akan kulakukan jika suatu hari nanti kau bukan lagi sahabatku. Sanggupkah aku…..” kataku dalam hati
“Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak”suaranya tiba-tiba mengagetkan lamunanku
“Ahh,,,, Apa.. ga kok aku tdak mikirin apa-apa” jawabku
“apa yang membuatmu gelisah” tanyanya mengaetkanku
Pertanyaan itu seakan-akan dia sudah tahu apa yang bergemelut dalam benakku. Tak pernah tepikir olehku dia menebak apa yang sedang kupikirkan. Akhirnya mau tidak mau aku mengatakan hal yang sebenarnya tapi belum sempat aku mengatakannya dia mendahuluiku
“Sebenarnya aku juga berpikir sama sepertimu Ntan” katanya
Jelas saja aku bingung dengan apa yang Andre katakan “Maksudnya” tanyaku
“Aku sempat berpikir bagaimana seandainya nanti aku tak lagi bisa berada disampingmu” ucapnya
Mendengar Andre mengucapkan kalimat itu air mataku lansung menetes tanpa aku sadari. Tenyata ketakutanku juga dirasakan olehnya, lalu peratanda apa ini. Apakah persahabatan kami akan berakhir lalu siapa yang menjadi bintang dalam hatiku.
Tidak hanya sampai disitu Andre kembali melanjutkan perkataannya
“Bagaimana jika seandainya keadaan berubah, bagaimana jika memang  waktu tidak berpihak kepada kita. Kalau saja persahabatan kita berakhir…”
“Cukup Ndree” teriakku memotong perkataan Andre
“Dengan siakpmu itu berarti kau memiliki ketakutan yang sama denganku” jelasnya
Aku sudah tidak bisa mendengar Andre. Semua yang ingin kukatakan, serta segala apa yang kurasakan dan kupikirkan ketakutanku kian menjadi-jadi. Air mataku semakin tak terbendung. Namun saat Ansre menatapku lalu tertawa terbahak-bahak. Membuatku terdiam sejenak dan menghapus air mataku
“Hahaha… mau ajha kamu dibohongi…” ejeknya
Aku memamerkan wajahku yang cemberut sembari memalingkan pandanganku dari wajahnya yang memerah karena tertawa.
****
Saat ku berada di tempat itu kenangan ini yang muncul yang membuatku semakin merasa bersedih, kecewa dan sakit hati. Ternyata ketakutanku benar adanya dan mulai saat itu aku merasa benar-benar harus mengakhiri kisahku dengannya.
Air mataku tumpah saat melihat mawar itu bermekaran, aku teringat bagaimana Andre merawatnya hanya untuk meyenangkan hatiku. Tak terhitung lagi berapa kali tangannya terkena duri dari mawar yang ia tanam sendiri. Aku mencoba memetik satu tangkai tapi malah tanganku tertusuk duri, saat itu rasanya perih sekali dan lagi-lagi aku teringat Andre. Aku saja yang baru sekali tertusuk rasanya sudah menusuk hamper ke tulang bagaiamana Andre yang sering tertusuk mawar itu.
Saat ku beranjak dari tempat dudukku kulihat sesuatu yang mengalihkan perhatianku. Didekat batang mawar itu ada sesuatu yang bersinar kudekati dan berusaha ku raih, tapi benda itu seperti tertanam namun rasa penasaan mendorong keberanianku untuk mengambilnya. Bersusah payah aku untuk mendpatkan benda itu ternyata sebuah box yang didepannya ada bintang yang memiliki permata. Kucoba membukanya namun tak bisa, penutupnya sangat keras sampai-sampai aku tidak bisa membukanya box itupun kugoyang-goyangkan. Setelah kuputuskan untuk membawanya ke kamar dengan setangkai mawar yang telah melukai jari tanganku.
Sudah hampir satu jam box itu berusaha Intan buka tapi tdk bisa, lalu dia menemukan sesuatu ada sebuah lubang kunci dibagian sampingnya Intnpun teringat kunci pemberian Andre. Untung saja kunci itu masih disimpannya, dengan kunci bintang itu juga box itu dapat terbuka. Isinya sebuah surat yang ditulis dengan tinta biru. Tulisan tangan itu jelas saja tidak asing baginya. Tulisan itu goresan tangan Andre.
“Intan sahabatku…..
Saat kertas ini berada ditanganmu maka itu berarti aku juga tak lagi bisa mendampingimu dalam menjalani hari-harimu kelak.

Aku minta maaf karena aku pergi tanpa pamit, Maaf… karena ku telah membuatmu bertanya tanpa ada yang menjawab tanyamu lagi…

Apa yang pernah aku katakan itu aku bersungguh-sungguh aku ingin selalu berada disampingmu dan terus menjagamu walaupun kita hanya sebagai sahabat, tapi kamu sudah seperti adikku sendiri.

Jaga baik-baik kunci bintang itu..

Selamat tinggal….

Semoga kau dapatkan sahabat yang lebih baik dariku”

Salam Andre

Setelah membaca surat itu air mata Intan tak bisa terbendung lagi. Tubuhnya terhempas ke kasur dan tanpa sengaja menjatuhkan kotak itu hingga membuat kegaduhan. Bu Risma, ibu Intan yang mendengarnya langsung menemui Intan dikamarnya.
“Intan…..” teriaknya menghampiri Intan.
“Bu,,,, Andre bu,,,,”katanya
“iyyy Andre kenapa…” kata ibu bingung

Saat itu Intan hapir kehilangan kesadarannya karena tdk memepercayai apa yang baru saja ia lihat. Ada apa ini kenpa Andre menulis surat itu lalu kemana dia Selama ini akankah dia sengaja menghilang untuk mrnghidar dariku…. Pertatanyaan itu yang memenuhi otakku aq benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Malam itu juga kudatangi rumah Andre, tak peduli hujan dan petir yang menggelegar. Akan tetapi saat tiba disana kekecewaanlah yang justru kudapatkan. Mobil yang ditumpangi Andre telah pergi, berusaha ku kejar namun tak bisa mobil itu terlalu kencang dan hujan turun sangat lebat. Hingga aq kehabisan tenaga penglihatanku buram dan badanku terasa sangat lemas, dan ketika aku sadar kuterbangun dalam kamarku. Samar-samar kulihat wajah ayah dan ibu yang npak sangat khawatir. Aku ingin menangis, menangisi kebodhanku tapi aq sungguh tidak punya tenaga untuk itu.
“Sekarang intan istirahat yaaa” kata ibu
Aku hanya mengaggukkan kepala dan memalingkan wajahku dari mereka. Seketika air mataku tumpah saat teringat Andre dan foto disudut itu. Aq ingin merelakannya pergi tapi hatiku sungguh tak mampu tuk melepaskannya terlebih ku tahu dia takkan pernah kembali untuk menjadi milikku.
Tepat 100 hari setelah itu aq kembali mendapatkan surat dari Andre kali ini aku benar-benar harus merelakan bintang terakhirku pergi. Hari itu aq diminta untuk ke sebuah rumah sakit. Sesegera mungkin kuminta ibu untuk megantarku ke rumah sakit itu aku berlari dengan perasaan yang tak menentu. Aku senang karena pada akhirnya aq bisa bertemu lagi dengannya dan persaan lain pun muncul di benakku “kenapa harus di rumah sakit ..?? apa andre sakit???” tak terhitung jumlahnya berapa pertanyaatan yang mengahntuiku selama perjalanan.
Dan ketika daku sampai saat itu kulihat wajah ibu Andre yang penuh dengan air mata yang membasahi seluruh wajahnya. Ekspresi dokter yang seperti kehilangan harapan dan Andre yang terbaring tak sadarkan diri. Ku perhatikan jantungnya berdetak perlahan di dekapnya sebuah foto. Bingkainya seperti tidak asing buatku dan ternyata benar itu fotoku.
Andre membuka matanya perlahan dan menatapku penuh kasih sayang dan seakan ingin kembali berlari seperti dulu. Dengan susah payah ia mengangkat tangannya dan menghapus air mataku. Senyumnya masih sama, dia masih bintangku…
“Intan …. Waktuku mungkin tidak lama lagi” katanya terbata-bata
“Udah Ndre, kamu ga boleh ngomong kayak gitu, aku butuh kamu disisi aku” kataku
“Tidak Ntan, sudah waktunya kita mengakhiri persahabatan kita”ujarnya
Aku tidak mau mendengar kelanjutan perkataannya namun ia mencaghku untuk mencegat perkataannya. Kudengarkan desah nafasnya yang terasa sangat berat.
“Aku tahu sudah terlambat, tapi aku tidak akan merasa tenang sebelum aku mengatakan perasaanku yang ssebenarnya. Aku mencintaimu Intan, aku sangat menyangimu lebih dari yang kau tahu, aku ingin menjagamu tapi sepertinya Tuhan berhendak lain. Aku akan tetap jadi bintangmu, bintang terakhir untukmu” jelasnya
Setelah itu kuperhatikan ia melafalkan nama Allah dan pergi untuk selama-lamanya. Aku berteriak histeris rasanya baru sebentar aku megenalnya kenapa ia pergi begitu cepat. Apa dan siapa lagi yang kan mengobati rasa sakit hati ini. Akan tetapi, ketika hati telah menemukan tempatnya maka disanalah ia kan bersemayam. “Yaa aku akan tetap seperti ini kamu akan selalu ada dalam hatiku seperti bayangan yang seindah bintang terakhir yang bisa kulihat. Dan aku ingin kau mengetahui bahwa aku juga sangat mencintaimu . . . . “ setelah itu kutinggalkan pemakaman dengan luka dan kenangan yang selamanya kan menemaniku. Untuk selamanya……..